Cari Blog Ini

Kamis, 08 April 2010

NIKMATNYA GODHUL BASHOR

Penulis: Ummu Syifa’
Muroja’ah: Ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar

“Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan sebagian pandangannya dan memelihara kemaluannya. Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak daripadanya …”

Ukhty muslimah tentunya sudah tidak asing lagi mendengar terjemahan ayat di atas, yaitu firman Allah yang terdapat pada Al-Qur ’an surat an-Nur ayat 31 yang menjelaskan tentang beberapa hal, diantaranya kewajiban untuk menahan pandangan (godhul bashor).

Apa yang salah dengan pandangan? Bukannya kita diberi mata untuk memandang?? Kita memang diberi mata untuk melihat ciptaan Allah, namun semua itu ada aturannya. Kita diminta untuk memalingkan pandangan dari hal-hal yang Allah haramkan, seperti lawan jenis yang bukan mahrom. Lalu, kenapa ya kita harus menjaga pandangan ini?

Berikut ini beberapa alasannya, yaitu:

1. Pandangan yang liar adalah sarana menuju yang haram Tentang keharamannya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai Ali, janganlah pandangan pertama kau ikuti dengan pandangan berikutnya. Untukmu pandangan pertama, tetapi bukan untuk berikutnya. ” (HR. Abu Dawud, dishahihkan oleh Al-Hakim sesuai dengan syarat Muslim)

2. Membiarkan pandangan lepas adalah bentuk kemaksiatan kepada Allah Allah berfirman dalam Al Qur ’an surat An-Nur ayat 30, yang artinya, “Katakanlah kepada orang-orang yang beriman, agar mereka menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. ”

3. Masuknya setan ketika seseorang itu memandang Masuknya setan lewat jalan ini melebihi kecepatan aliran udara ke ruang hampa. Parahnya, setan akan menjadikan wujud yang dipandang sebagai berhala tautan hati, mengobral janji dan angan-angan. Lalu ia menyalakan api syahwat dan ia lemparkan kayu bakar maksiat. Pintarnya lagi, setan akan menyesatkan manusia secara bertahap. Ada pepatah yang mereka pegangi; berawal dari pandangan, lalu berubah menjadi senyuman, kemudian beralih menjadi percakapan, kemudian berganti menjadi janjian, yang pada akhirnya berubah menjadi pertemuan. Begitu hebatnya setan melemparkan panah beracun pada diri kita dan setan melemparkannya secara bertahap sehingga kadang kita tidak menyadarinya.
Astaghfirullah …Tidak percaya? Masih ingat dengan kisah Yusuf dan para bangsawati yang mengiris- ngiris jari ‘kan?

4. Pandangan tersebut akan menyibukkan hati Seseorang yang hatinya sibuk akan menyebabkannya lupa akan hal-hal yang bermanfaat baginya. Akhirnya, ia akan selalu lalai dan hanya mengikuti hawa nafsunya.

5. Kita dapat merusak hati orang lain Seringkali, pandangan seorang wanita kepada laki-laki tak hanya merusak hati si pemandang. Ketika dicampur dengan senyum, tunduk atau berbisik dengan rekannya sesama perempuan, lalu bayangan ini tertangkap oleh laki-laki yang dipandang atau yang merasa GR (gede rasa) karena merasa dipandang, pasti ada lagi hati yang rusak. Wah, hanya menambah dosa saja!! Para pakar akhlak pun bertutur bahwa antara mata dan hati ada kaitan eratnya. Bila mata telah rusak dan hancur, maka hatipun akan rusak dan hancur. Hati ini bagaikan tempat sampah yang berisikan segala najis. Kalau kita membiarkan pandangan lepas, berarti kita memasukkan kegelapan di dalam hati. Sebaliknya, bila kita menundukkan pandangan karena Allah berarti kita memasukkan cahaya ke dalamnya. Allah lagi-lagi mengingatkan, masih pada surah An Nur, di ayat 35, Allah berfirman, yang artinya, “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus , yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya) , yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya- Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Bila hati ini telah bersinar, berbagai amal kebaikan akan berdatangan dari berbagai penjuru, untuk dilaksanakan. Jangan sampai kita masih terus melanggar perintah-Nya karena tidak merasa diawasi oleh Allah. Bukankah Allah Maha Mengetahui apa yang kita perbuat?? Jadi, kita tinggal memilih, ingin memiliki pandangan yang terjaga atau tidak ?? Tentunya, dengan segala konsekuensi yang ada.


Ma’raji: Tazkiyatun Nafs, Ibnu Rajab Al-Hambali, Ibnu Qayyim Al- Jauziyyah, dkk Awas Ada Setan, Mengenal Tipu Daya Setan dan Penangkalnya , Wahid Abdussalam, Yahya Mukhtar

Sumber : muslimah.or.id

Kamis, 01 April 2010

SALAHKAH KAMI BERCINTA???

-Dipetik dari majalah ANIS
keluaran ogos 1998 (halaman
65/66)--
Ya, rasa cinta memang tak
salah. Ia adalah fitrah yang
Allah kurniakan kepada setiap
manusia. Ingin cinta dan
dicintai. Jiwa manusia
memerlukan cinta seperti
jasadnya perlukan makanan.
Oleh karena itu cinta adalah
fitrah, maka tentu tidak ada
salah merasakan getaran-
getaran cinta.
Namun Allah tidak
mengkurniakan rasa cinta
begitu saja donk...?!
Dia juga menciptakan
Peraturan Cinta demi menjaga
kemurniannya. Peraturan
inilah yang kerap dilanggar
oleh insan-insan yang sedang
dimabuk cinta. Rasa cinta
tidak salah tetapi kesalahan
selalu berlaku sewaktu
menjalinkan hubungan cinta.
Di sinilah remaja selalu
terjebak. Cinta terlarang
adalah cinta yang menafikan
peraturan Allah. Ketika itu
fitrah telah menjadi fitnah.
Bila kehendak tidak
disalurkan atau mengikuti
peraturan maka akan
berlakulah kekalutan dan
kemusnahan.
Mengapa perlu ada peraturan
cinta?
Jawabnya, karena Allah
mencintai manusia.
Allah inginkan
keselamatan dan
kesejahteraan buat manusia
melaksanakan keinginan
fitrah. Keinginan tanpa
peraturan akan menyebabkan
banyak kemusnahan.
Begitulah hubungan cinta yang
terlarang, akan membawa
banyak implikasi negatif
dalam kehidupan. Pengalaman
banyak mengajarkan kita
“ jangan sekali-kali bermain
cinta, nanti terbakar diri”.
Sudah banyak tragedi yang
berlaku akibat hubungan cinta
yang membelakangi peraturan
Allah. Cinta yang terlarang
adalah cinta yang sudah
dicemari oleh kehendak nafsu
dan kepentingan diri.
Keindahan cinta yang sudah
tercemar ini tidak akan
bertahan lama. Keinginan
sesaat telah didapat, apa yang
dikejar sudah diperoleh, maka
pada akhirnya cinta tidak lagi
sebagai getar-getar indah,
melainkan cinta telah layu
terkulai dan membutuhkan
"siraman" cinta baru.
Hubungan cinta jangan
dicemari oleh tindakan
menyalahi syariat. Jangan kita
tertipu dengan pesona cinta
yang dihiasai pelbagai sumpah
setia. Jangan kita mabuk
dengan rindu dan asyik yang
membuai dan melenakan.
Seteguk kita minum dari cinta
terlarang, racunnya akan
meresap membunuh akal, jiwa
dan perasaan. Pada ketika
ltulah cinta dikatakan buta.
Maka butalah mata hati dan
mata kepala hingga seseorang
akan menjadi hamba kepada
siapa yang dicintainya. Ketika
itu hati tidak nampak yang
lain kecuali yang dicintai.
Lupalah diri pada Pencipta
cinta karena terlalu asyik
dengan cinta yang
dikurniakan-Nya. Seperti
seseorang yang disuka akan
hadiah namun lupa kepada si
Pemberi hadiahnya.
Pohon Cinta Terlarang
Allah sering
dipinggirkan dalam hubungan
cinta terlarang. Hukum-Nya
dilanggar bukan dengan rasa
bersalah tetapi dengan rasa
manis dan megah. Tangan
kekasih dipegang walaupun
jelas Allah mengharamkan
sentuhan antara lelaki dan
wanita yang bukan muhrim.
Berdua-duaan di tempat sunyi
walaupun sudah diperingatkan
Nabi bahwa dalam keadaan
begitu syaitan adalah pihak
ketiga. Lebih dari itu pun
banyak yang berlaku.
Semuanya seolah-olah halal
hanya karena cinta. Racun-
racun berbisa yang
memusnahkan cinta telah
dianggap sebagai baja.
Akhirnya pohon cinta
terlarang pun berbuah. Buah
yang pahit, masam dan
memabukkan. Buah yang
muncul dengan berbagai
nama yang aneh dan
menjijikan – zina, sampai
buang bayi. Ketika itu
indahkah cinta? Peraturan
cinta ibarat rambu-rambu lalu
lintas. Kereta diciptakan
dengan kekuatan untuk
bergerak tetapi
pergerakkannya perlu diatur
dan dikendalikan. Jika tidak,
tentu akan terjadi
perlanggaran yg dapat
mengakibatkan kerusakan/
kecelakaan.
Begitulah cinta, ia
adalah kekuatan tetapi
kekuatan itu diperlukan
peraturan dan pengendalian.
Apakah peraturan - peraturan
dalam hubungan cinta?
Hendaklah cinta kita
berdasarkan cinta Allah.
Artinya, cinta yang kita
berikan kepadanya semata-
mata karena mengharapkan
keridhaan Allah. Allah
memberikan kita fitrah itu,
lalu kita niatkan dengan fitrah
itu boleh mendekatkan diri
kita kepadaNya. Cintailah
siapa pun tetapi, pastikan
cinta itu dapat memudahkan
kita mencapai ridha Allah.
Sehubungan dengan itu, cinta
antara lelaki dan perempuan
mestilah diniatkan untukAllah.
Tetapi bagaimana?
Iringilah dengan niat
untuk menikah karena
menikah itu lebih
memudahkan seorang lelaki
dan perempuan
menyempurnakan agamanya.
Oleh itu, tak perlu bercinta
sekadar untuk bersuka-suka .
Lebih buruk lagi janganlah ada
niat-niat yang jahat dalam
bercinta sehingga terdorong
oleh hasutan nafsu atau
bujukan syaitan. Jika tidak ada
niat untuk menikah, cinta
sudah pasti bukan karena
Allah. Hakikatnya cinta itu
adalah cinta terlarang yang
akan membawa kemusnahan.
Cinta jenis ini, seburuk
namanya-cinta monyet!
Putus Cinta
Hendaklah dipastikan
semasa menjalinkan hubungan
cinta tidak ada hukum Allah
yang dilarang antaranya, tidak
ada pergaulan bebas, tidak
ada melanggar aurat, tidak
ada pengabaian perkara asas,
seperti meninggalkan
sembahyang, puasa dan lain-
lain. Hubungan cinta jangan
sampai terjerumus dalam
perkara yang melalaikan dan
merugikan. Maka, remaja
seharusnya tidak mengeluh,
"cinta apa namanya ini, jika
tidak ada dating, telfon-
telfonan, surat cinta, sentuhan
tangan, kerlingan dan
senyuman?"
Yakinlah, tidak ada
keindahan dengan melanggar
peraturan Allah. Putus cinta
dan kecewa, bercinta yang
begitu dominan dalam
kehidupan remaja adalah
disebabkan racun-racun cinta
yang disangka baja ini. Justru
banyak cinta yang gagal
disambung di alam
perkawinan dan lebih banyak
putus tanpa sempat
menempuh perkawinan. Allah
maha Mengetahui dan Maha
Menyayangi. Segala
peraturan-Nya dibuat dengan
rasa cinta terhadap hamba-
hambaNya. Cinta suci mampu
tumbuh tanpa semua itu. Dan
Cinta itu pasti membawa ke
gerbang pernikahan.
Wallahu'alam....
"Harus ada segolongan dari
kamu yang mengajak pada
kebaikan, menganjurkan
kebaikan dan mencegah
kemungkaran. Dan merekalah
orang yang beruntung lagi
bahagia."
(Qs Al-Imron. 104)