Cari Blog Ini

Kamis, 18 Februari 2010

Menghukum karena mimpi

Pada suatu sore, ketika Abu
Nawas sedang mengajar
murid-muridnya, ada dua
orang tamu datang ke
rumahnya. Yang seorang
adalah wanita tua penjual
kahwa, sedang satunya lagi
adalah seorang pemuda
berkebangsaan Mesir.
Wanita tua itu berkata
beberapa patah kata
kemudian diteruskan dengan
si pemuda Mesir. Setelah
mendengar pengaduan
mereka, Abu Nawas
menyuruh murid-muridnya
menutup kitab mereka.
“ Sekarang pulanglah kalian.
Ajak teman-teman kalian
datang kepadaku pada malam
hari ini sambil membawa
cangkul, penggali, kapak dan
martil serta batu. ”
Murid-murid Abu Nawas
merasa heran, namun mereka
begitu patuh kepada Abu
Nawas. Dan mereka merasa
yakin gurunya selalu berada
membuat kejutan dan berada
di pihak yang benar. Pada
malam harinya mereka
datang ke rumah Abu Nawas
dengan membawa peralatan
yang diminta oleh Abu Nawas.
Berkata Abu Nawas, “Hai
kalian semua! Pergilah malam
hari ini untuk merusak rumah
Tuan Kadi yang baru jadi. ”
“Hah? Merusak rumah Tuan
Kadi?” gumam semua
muridnya keheranan. “Apa?
Kalian jangan ragu.
Laksanakan saja perintah
gurumu ini !” kata Abu Nawas
menghapus keraguan murid-
muridnya.
“Barang siapa yang
mencegahmu, jangan kau
perdulikan, terus pecahkan
saja rumah Tuan Kadi yang
baru. Siapa yang bertanya,
katakan saja aku yang
menyuruh merusak. Barang
siapa yang hendak melempar
kalian, maka pukullah mereka
dan lemparilah dengan batu. ”
Habis berkata demikian,
murid-murid Abu Nawas
bergerak ke arah Tuan Kadi.
Laksana demonstran mereka
berteriak-teriak
menghancurkan rumah Tuan
Kadi. Orang-orang kampung
merasa heran melihat
kelakukan mereka.
Lebih-lebih ketika tanpa basa-
basi lagi mereka langsung
merusak rumah Tua Kadi.
Orang-orang kampung itu
berusaha mencegah
perbuatan mereka, namun
karena jumlah murid-murid
Abu Nawas terlalu banyak
maka orang-orang kampung
tak berani mencegah. Melihat
banyak orang merusak
rumahnya, Tuan Kadi segera
keluar dan bertanya,
“Siapa yang menyuruh kalian
merusak rumahku?” Murid-
murid itu menjawab, “Guru
kami Tuan Abu Nawas yang
menyuruh kami !”
Habis menjawab begitu
mereka bukannya berhenti
malah terus menghancurkan
rumah Tuan Kadi hingga
rumah itu roboh dan rata
dengan tanah. Tuan Kadi
hanya bisa marah-marah
karena tidak orang yang
berani membelanya, “Dasar
Abu Nawas provokator, orang
gila! Besok pagi aku akan
melaporkannya kepada
Baginda. ”
Benar, esok harinya Tuan Kadi
mengadukan kejadian
semalam sehingga Abu Nawas
dipanggil menghadap Baginda.
Setelah Abu Nawas
menghadap Baginda, ia
ditanya.
“Hai Abu Nawas apa sebabnya
kau merusak rumah Kadi itu.”
Abu Nawas menjawab, “Wahai
Tuanku, sebabnya ialah pada
suatu malam hamba
bermimpi, bahwasanya Tuan
Kadi menyuruh hamba
merusak rumahnya. Sebab
rumah itu tidak cocok
baginya, ia menginginkan
rumah yang lebih bagus Iagi.
Ya, karena mimpi itu maka
hamba merusak rumah Tuan
Kadi. ”
Baginda berkata, “Hai Abu
Nawas, bolehkah hanya
karena mimpi sebuah perintah
dilakukan? Hukum dari negeri
mana yang kau pakai itu ?”
Dengan tenang Abu Nawas
menjawab, “Hamba juga
memakai hukum Tuan Kadi
yang baru ini Tuanku. ”
Mendengar perkataan Abu
Nawas seketika wajah Tuan
Kadi menjadi pucat. Ia terdiam
seribu bahasa. “Hai Kadi
benarkah kau mempunyai
hukum seperti itu ?” tanya
Baginda.
Tapi Tuan Kadi tiada
menjawab, wajahnya nampak
pucat, tubuhnya gemetaran
karena takut. “Abu Nawas!
Jangan membuatku pusing!
Jelaskan kenapa ada peristiwa
seperti ini !” perintah Baginda.
“Baiklah…” Abu Nawas tetap
tenang. “Baginda… beberapa
hari yang lalu ada seorang
pemuda Mesir datang ke
negeri Baghdad ini untuk
berdagang sambil membawa
harta yang banyak sekali.
Pada suatu malam ia
bermimpi kawin dengan anak
Tuan Kadi dengan mahar (mas
kawin) sekian banyak. ini
hanya mimpi Baginda. Tetapi
Tuan Kadi yang mendengar
kabar itu langsung
mendatangi si pemuda Mesir
dan meminta mahar anaknya.
Tentu saja pemuda Mesir itu
tak mau membayar mahar
hanya karena mimpi. Nah, di
sinilah terlihat arogansi Tuan
Kadi, ia ternyata merampas
semua harta benda milik
pemuda Mesir sehingga
pemuda itu menjadi seorang
pengemis gelandangan dan
akhimya ditolong oleh wanita
tua penjual kahwa.”
Baginda terkejut mendengar
penuturan Abu Nawas, tapi
masih belum percaya seratus
persen, maka ia
memerintahkan Abu Nawas
agar memanggil si pemuda
Mesir. Pemuda Mesir itu
memang sengaja disuruh Abu
Nawas menunggu di depan
istana, jadi mudah saja bagi
Abu Nawas memanggil
pemuda itu ke hadapan
Baginda.
Berkata Baginda Raja, “Hai
anak Mesir ceritakanlah hal-
ihwal dirimu sejak engkau
datang ke negeri ini. ”
Ternyata cerita pemuda Mesir
itu sama dengan cerita Abu
Nawas. Bahkan pemuda itu
juga membawa saksi yaitu Pak
Tua pemilik tempat kost dia
menginap.
“Kurang ajar! Ternyata aku
telah mengangkat seorang
Kadi yang bejad moralnya. ”
Baginda sangat murka. Kadi
yang baru itu dipecat dan
seluruh harta bendanya
dirampas dan diberikan
kepada si pemuda Mesir.
Setelah perkara selesai,
kembalilah si pemuda Mesir
itu dengan Abu Nawas pulang
ke rumahnya.
Pemuda Mesir itu hendak
membalas kebaikan Abu
Nawas. Berkata Abu Nawas,
“ Janganlah engkau memberiku
barang sesuatupun kepadaku.
Aku tidak akan menerimanya
sedikitpun jua. ” Pemuda Mesir
itu betul-betul mengagumi
Abu Nawas. Ketika ia kembali
ke negeri Mesir ia
menceritakan tentang
kehebatan Abu Nawas itu
kepada penduduk Mesir
sehingga nama Abu Nawas
menjadi sangat terkenal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar