Cari Blog Ini

Kamis, 18 Februari 2010

Menipu gajah

Abu Nawas sedang berjalan-
jalan santai. Ada kerumunan
masa. Abu Nawas bertanya
kepada seorang kawan yang
kebetulan berjumpa di tengah
jalan.
“Ada kerumunan apa di
sana?” tanya Abu Nawas.
“Pertunjukkan keliling yang
melibatkan gajah ajaib.”
“Apa-maksudmu dengan gajah
ajaib?” Kata Abu Nawas ingin
tahu.
“ Gajah yang bisa mengerti
bahasa manusia,dan yang
lebih menakjubkan adalah
gajah itu hanya mau tunduk
kepada pemiliknya saja. ” kata
kawan Abu Nawas
menambahkan.
Abu Nawas makin tertarik. Ia
tidak tahan untuk
menyaksikan kecerdikan dan
keajaiban binatang raksasa
itu. Kini Abu Nawas sudah
berada di tengah kerumunan
para penonton. Karena begitu
banyak penonton yang
menyaksikan pertunjukkan itu,
sang pemilik gajah dengan
bangga menawarkan hadiah
yang cukup besar bagi siapa
saja yang sanggup membuat
gajah itu mengangguk-angguk.
Tidak heran bila banyak
diantara para penonton
mencoba maju satu persatu.
Mereka berupaya dengan
beragam cara untuk membuat
gajah itu mengangguk-angguk,
tetapi sia-sia.
Gajah itu tetap menggeleng-
gelengkan kepala. Melihat
kegigihan gajah itu Abu Nawas
semakin penasaran. Hingga ia
maju untuk mencoba. Setelah
berhadapan dengan binatang
itu Abu Nawas bertanya,
“ Tahukah engkau siapa aku?”
Gajah itu menggeleng.
“ Apakah engkau tidak takut
kepadaku?” tanya Abu Nawas
lagi. Namun gajah itu tetap
menggeleng. “Apakah engkau
takut kepada tuanmu?” tanya
Abu Nawas memancing. Gajah
itu mulai ragu.
“Bila engkau tetap diam maka
akan aku laporkan kepada
tuanmu. ” lanjut Abu Nawas
mulai mengancam. Akhirnya
gajah itu terpaksa
mengangguk-angguk. Atas
keberhasilan Abu Nawas
membuat gajah itu
mengangguk-angguk maka ia
mendapat hadiah berupa uang
yang banyak. Bukan main
marah pemilik gajah itu
hingga ia memukuli binatang
yang malang itu. Pemilik gajah
itu malu bukan kepalang. Hari
berikutnya ia ingin menebus
kekalahannya. Kali ini ia
melatih gajahnya
mengangguk-angguk. Bahkan
ia mengancam akan
menghukum berat gajahnya
bila sampai bisa dipancing
penonton mengangguk-agguk
terutama oleh Abu Nawas.
Tak peduli apapun pertanyaan
yang diajukan. Saat-saat yang
dinantikan tiba.
Kini para penonton yang ingin
mecoba, harus sanggup
membuat gajah itu
menggeleng-gelengkan
kepala. Maka seperti hari
sebelumnya, para penonton
tidak tidak sanggup memaksa
gajah itu menggeleng-
gelengkan kepala. Setelah
tidak ada lagi yang
mencobanya, Abu Nawas
maju, ia mengulang
pertanyaan yang sama.
“Tahukah engkau siapa aku?”
Gajah itu mengangguk.
“ Apa.kah engkau tidak takut
kepadaku?” Gajah itu tetap
mengangguk. “Apakah engkau
tidak takut kepada tuanmu?”
pancing Abu Nawas. Gajah itu
tetap mengangguk karena
binatang itu lebih takut
terhadap ancaman tuannya
daripada Abu Nawas.
Akhirnya Abu Nawas
mengeluarkan bungkusan
kecil berisi balsam panas.
“Tahukah engkau apa guna
balsam ini?” Gajah itu tetap
mengangguk, “Baiklah,
bolehkah kugosok
selangkangmu dengan
balsam ?” Gajah itu
mengangguk.
Lalu Abu Nawas menggosok
selangkang binatang itu.
Tentu saja gajah itu merasa
agak kepanasan dan mulai
panik. Kemudian Abu Nawas
mengeluarkan bungkusan
yang cukup besar. Bungkusan
itu juga berisi balsam.
“ Maukah engkau bila balsam
ini kuhabiskan untuk
menggosok selangkangmu?”
Abu Nawas mulai
mengancam.
Gajah itu mulai ketakutan.
Dan rupanya ia lupa ancaman
tuannya sehingga ia terpaksa
menggeleng-gelengkan kepala
sambil mundur beberapa
langkah. Abu Nawas dengan
kecerdikan dan akalnya yang
licin mampu memenangkan
sayembara meruntuhkan
kegigihan gajah yang dianggap
cerdik. Ah, jangankan seekor
gajah, manusia paling pandai
saja bisa dikecoh Abu Nawas!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar